Senin, 18 Juni 2012

Desain intruksional "Desain tujuan pembelajaran"


TUGAS  MAKALAH PERBAIKAN
 MATA KULIAH DESAIN DAN INTRUKSIONAL

DESAIN TUJUAN PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPUH : PROF. DR. MUKHTAR, M.Pd






IAIN Jambi Color
 










DISUSUN OLEH :


N A M A                    :  HASIB KARIMUDDIN. SY
N I M                         :  P.p.211.1.1383
PRODI                     :  PENDIDIKAK ISLAM
KONSENTRASI      :  TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM



PROGRAM PASCA SARJANA
TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
IAIN STS JAMBI
TAHUN 2011/2012



DAFTAR PUSTAKA

BAB I                                                                                                                   PENDAHULUAN   .....................................................................................           1
BAB II                                                                                                         PEMBAHASAN                                                                                                             A.   Desain Tujuan Pembelajaran  .................................................  9         B.   Komponen Utama Desain Pembelajaran  ..............................     11               C.   Komponen-Komponen Pembelajaran  ..................................          12        D.   Model-model Desain Pembelajaran  ......................................     14   E.   Bahan pengajaran  ...........................................................................         22    F.   Tehnik merumuskan tujuan pengajaran  ......................................          23          G.   Kegunaan Tujuan Pengajaran  .......................................................     25            H.   Tingkatan-tingkatan Tujuan pendidikan atau Pembelajaran ......        26
BAB III                                                                                                                 PENUTUP                                                                                                                              A. KESIMPULAN .................................................................................       29                 B. SARAN-SARAN  ..............................................................................      33
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Dengan munculnya era globalisasi di penghujung milenium kedua ini, telah membawa wawasan dan kesadaran masyarakat, dengan muncul sejumlah harapan sakaligus kecemasan. Harapan-harapan ini karena ada perbaikan kualitas hidup dan kehidupan di satu sisi sebagai akibat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta informasi dan teknologi (INFOTEK), dan di sisi lain muncul juga kecemasan-kecemasan,  Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan yang terlalu cepat menyebabkan kondisi masyarakat  sulit beradaptasi di dalamnya.
            Lembaga Pendidikan yang berkualitas merupakan dambaan setiap komponen masyarakat, baik komponen masyarakat sekolah yang terdiri dari peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, maupun masyarakat dalam arti luas yaitu orang tua atau masyarakat lain pengguna pendidikan atau simpatisan yang menaruh perhatian besar terhadap kuantitas dan kualitas output sekolah, yang  pada akhirnya menggunakan jasa pendidikan yang di hasilkan oleh lembaga pendidikan yang berkualitas tersebut, dalam hal ini sekolah harus dikelola dan diberdayakan agar mampu mewujudkan predikat sebagai “Lembaga Pendidikan yang berkualitas” yang  mampu memproses peserta didik yang pada akhirnya akan menghasilkan produk (output) secara optimal.                                             Pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya pendidikan berarti akan melahirkan manusia yang kreatif dan mempunyai ide-ide yang cemerlang dalam mengisi masa depan yang lebih maju. Potensi yang ada pada diri manusia akan berkembang menjadi pribadi yang baik, apabila dia manfaat kan dengan sebaik mungkin kearah yang positif.             Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan dikontrol. Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu: pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap.                                                             Pendidik             dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subyek didik. Dalam hal ini peranan desain pesan dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena desain pesan pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola atau signal dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan kondisi untuk belajar.
            Peningkatan mutu pendidikan terus digalakkan baik ditingkat pusat maupun daerah. Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat baik lokal maupun global, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka diadakan pengembangan di bidang pendidikan, yang sekarang kita kenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).[1]                                                                                                        Kurikulum terus berubah karena potensi siswa, kondisi pendidikan, persaingan global, persaingan pada kemampuan SDM dan persaingan terjadi pada lembaga pendidikan. Oleh karena itu guru dituntut harus mampu: (a) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. (c) Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d) Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber. (f) Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya. (h) Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif                      Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya.[2] Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya.             Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi. Sebagai suatu disiplin, desain pembelajaran secara historis dan tradisional berakar pada psikologi kognitif dan perilaku. Namun istilah ini sering dihubungkan dengan istilah yang berbeda dalam bidang lain, misalnya dengan istilah desain grafis. Walaupun desain grafis (dari perspektif kognitif) dapat memainkan peran penting dalam desain pembelajaran, namun keduanya adalah konsep yang terpisah Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan yang bersifat universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran antara serta sasaran kegiatan. Tujuan pembelajaran harus diterjemahkan kedalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan. Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal, manusia yang diidamkan tersebut harus memiliki kualifikasi:              
1) pengembangan bakat secara optimal;                                                    2) hubungan antar manusia;                                                                                    3) efisiensi ekonomi; dan                                                                                          4) tanggung jawab selaku warga negara.                                                           Sedangkan tujuan pendidikan Indonesia sejalan dengan dasar negara dan pandangan hidup kita, tujuannya adalah terbinanya warga negara yang cakap, memahami, menghayati, dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;                                                                 3. Persatuan Indonesia;                                                    
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijak sanaan dalam            
    permasyawaratan dan perwakilan                                                                                               
   5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
               Pandangan hidup para guru maupun siswa turut mewarnai berkenaan dengan gambaran karakteristik sasaran manusia idaman. Konsekwensinya akan mempengaruhi juga kebijakan tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta penilaian terhadap kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem intruksional mengacu kepada opengertian sebagai perangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain tujuan pelajaran, bahan ajar, siswa yang menerima pelayanan belajar, guru, metode dan pendekatan, situasi, dan evaluasi kemajuan belajar. Agar tujuan itu dapat tercapai semua komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik sehingga sesama komponen itu terjadi kerjasama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan. Berbagai persoalan yang biasa dihadapi guru antara lain adalah:                                  
1) tujuan-tujuan apa yang ingin dicapai;                                                              2) materi pelajaran apa yang perlu diberikan                                                                   3) metode alat mana yang harus dipakai;                                                  4) prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.                          Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik sepeti:                                                        
Kecerdasan dan bakat khusus;                                                                                2. Prestasi sejak permulaan sekolah                                                                                     3. Perkembangan jasmani dan keshatan                                                                     4. Kecenderungan emosi dan karakternya                                                                            5. Sikap dan minat belajar                                                                                                      6. Cita-cita                                                                                                                                                                          7. Kebiasaan belajar dan bekerja; hobi dan penggunaan waktu senggang;                              8. Hubungan sosial disekolah dan dirumah                                                                    9. Latar belakang keluarga                                                                                       10. Lingkungan tempat tinggal; dan                                                                                             11. Sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik.                                        Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait. Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi:                                                                 1. Standar isi                                                                                                                             2. Standar proses                                                                                                                          3. Standar kompetensi lulusan                                                                                                4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan                                                                              5. Standar sarana dan prasarana                                                                                                      6. Standar pengelolaan                                                                                         7. Standar pembiayaan; dan                                                                                               8. Standar penilaian pendidikan.[3]
         Dari latar belakang diatas dapat kita ambil suatu rumusan masalah diantaranya yaitu :
1.      Apa pengertian dari desain pembelajaran ?
2.      Bagaimana tujuan dari pembelajaran yang diharapkan  ?
3.   Model – model pembelajaran bagaimana yang dapat mendukung pembelajaran pembelajaran yang efektif ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.       Desain Tujuan Pembelajaran
         Pada  desain pembelajaran semua itu bagian suatu komponen pengajaran yang telah dirancang sebelum melakukan atau melaksanakan system pembelajaran yang berhasil, yang menggunakan pola efektif dan efisien. Karena system pendidikan pada zaman modern pada saat sekarang ini, karena  seorang guru yang penuh dengan banyaknya tuntutan dan kebutuhan yang dihadapi oleh pada saat ini guru dituntut harus bisa dalam segala bidang sebagai bentuk untuk menfasilitasi bakat anak yang sangat banyak berkembang.  Untuk supaya tidak salah memahami suatu makalah ini maka penulis memberikan penjelasan secara terinci.        
1.    Desain adalah kerangka, bentuk atau rancangan.langkah pertama dalam fase pengembangan bagi setiap produk atau sistem yang direkayasa. Desain dapat didefinisikan berbagai proses aplikasi berbagai teknik dan prinsip bagi tujuan pendefinisian suatu perangkat, suatu proses atau sistem dalam detail yang memadai untuk memungkinkan realisasi fisiknya. Tujuan desainer adalah untuk menghasilkan suatu model atau representasi dari entitas yang kemudian akan dibangun.[4] Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Sebagai suatu disiplin, desain pembelajaran secara historis dan tradisional berakar pada psikologi kognitif dan perilaku. Namun istilah ini sering dihubungkan dengan istilah yang berbeda dalam bidang lain, misalnya dengan istilah desain grafis. Walaupun desain grafis (dari perspektif kognitif) dapat memainkan peran penting dalam desain pembelajaran, namun keduanya adalah konsep yang terpisah.
2.    Tujuan adalah sasaran yang ingin  dicapai setelah mengajar suatu pokok atau subpokok bahasan yang sudah ditencanakan. Dalam buku lain dijelaskan tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu lembaga pendidikan seperti SD,SM,dan universitas yang harus sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.[5] Jadi tujuan yang penulis maksud sesuatu yang hendak dicapai setelah mengajar suatu pokok bahasan atau sub bahasan yang telah direncanakan oleh seorang pendidik ataupun guru formal atau non formal sehingga sehingga terjadinya perubahan pada anak didik atau  siswa dalam hal intelegensi maupun moral, sopan santun, ataupun akhlak.
3.   Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono dalam Sagala, 2005) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UUSPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala, 2005). Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran..[6] Jadi desain pembelajaran adalah rangcangan atau kerangka terhadap sesuatu yang akan dicapai setelah mengajar dalam pokok bahasan atau subbahasan sehingga proses belajar
mengajar atau system pembelajaran terarah dan terprogram sesuai dengan yang diinginkan.                                                                                           Semua program pendidikan atau pengajaran didasarkan kepada tujuan umum pengajaran. Tujuan umum ini di turunkan menjadi tiga sumber yaitu: masyarakat, siswa dan bidang studi. Yang diturunkan oleh masyarakat mencakup konsep luas seperti “membentuk manusia pancasila” “manusia pembangun” “manusia berkepribadian” “menetapkan nilai”. Manusia bertanggung jawab  dan sebagainya. tujuan pendidikan menurut siswanya mencakup “kesiapan jabatan, ketrampilan memecahkan masalah, penggunaan waktu senggang secara membangun dan sebagainya. Dan tiap siswa mempunyai harapan yang berbeda.                                                                                                                                 Tujuan pendidikan yang ada kaitanya dengan bidang studi dapat dinyatakan lebih spesifik, misalnya dalam sains, sadar akan keindahan. Karena sain dan pendidikan tidak dapat dipisahkan ilmu-ilmu sain haruslah dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencapai data yang valid, karena ilmu sain selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangannya.
B.     Komponen Utama Desain Pembelajaran                                                    
         Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:  Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat[7]. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.  Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada Pembelajar. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.
C.     Komponen-Komponen Pembelajaran
            Konsep tujuan pengajaran atau pembelajaran yang dikemukakan oleh Mager menitik beratkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan (performace) sebagai suatu jenis output yang terdapat dari siswa, yang dapat diamati dan menunjukan bahwa siswa tersebut telah melakukan kegiatan belajar.[8] Artinya jika siswa tidak dapat mempertunjukan tingkahlaku tertentu sebelum belajar dan kemudian dapat mempertunjukannya maka berarti siswa telah menempuh proses pembelajaran. Yang menjadi masalah sekarang, apakah tingkah laku yang dipertunjukan sesuai dengan tingkah laku  yang diharapkan atau sesuai dengan norma-norma agama dan norma lainnya. Dan apabila siswa belum mampu mempertunjukan tingkah laku yang diharapkan seperti yang sesuai dengan aturan-aturan yang tertera dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits  ataupun dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran maka, walaupun siswa sudah melakukan pembelajaran tetapi tujuan pembelajaran belum tercapai. Maka pendidik belum bisa melakukan desain tujuan pembelajaran yang bisa menggapai seluruh siswa yang di ajarnya.                                                                                                                  Dalam mendesain tujuan pembelajaran harus memperhatikan komponen-komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran sehingga seorang guru atau pendidik dapat mencapainya apa yang diharapkan. Dalam pendesainan tujuan pembelajaran hendaknya seorang guru atau pendidik memperhatikan komponen sebagi berikut :
1.   Tingkah laku terminal                                                                              Tingkah terminal adalah komponen tujuan pengajaran yang menentukan tingkah laku siswa setelah pengajaran. tingkah laku terminal harus dirumuskan dengan menggunakan  kata kerja(action verb) misalnya memilih, mengukur, yang menunjukkan suatu tindakan yang dapat diamati dan dicatat. Dengan menggunakan kata kerja tindakan, kita dapat menkomunikasikan apa yang kita harapkan dapat dilakukan oleh siswa  pada saat pembelajarang sedang berlangsung maupun proses pembelajaran telah selesai. Mengidentifikasi perilaku awal siswa dimaksudkan untuk mengetahui siapa kelompok sasaran, populasi sasaran, serta sasaran didik dari kegiatan instruksional. Istilah tersebut digunakan untuk menanyakan siswa yang mana atau siswa sekolah apa, serta sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti pelajaran tersebut.[9]      
2.    Kondisi-kondisi tes.                                                                                           Kondisi-kondisi seperti yang seperti itu, seharusnya perlu disiapkan oleh seorang guru sebab sering terjadi siswa memprotes bahwa ulangan atau tes yang diberikan tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan. Jenis kondisi ada tiga jenis yang umumnya mempengaruhi prilaku pada suatu tes. Pertama,Alat dan sumber yang seharusnya yang digunakan oleh siswa dalam mempersiapkan untuk menempuh tes. Seperti buku sumber, catatan, dan sebagainya. Kedua ,tantangan yang disediakan untuk siswa misalnya mengerjakan tes dalam jangka waktu yang terbatas. Ketiga,cara menyajikan informasi atau pelajaran. Misalnya, dengan tulisan ataupun dengan rekaman. Tujuan-tujuan pengajaran yang lengkap seharusnya memuat kondisi-kondisi dimana perilaku akan diuji. 
3.    Ukuran-ukuran perilaku                                                                                                 Komponen ukuran merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Suatu ukuran (standar) menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagi bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan. Misalnya siswa dapat memecahkan suatu masalah dalam tempo sepuluh menit ataupun beberapa menit sesuai dengan waktu atau ukuran yang telah ditentukan oleh seorang guru.
D.     Model-model Desain Pembelajaran                                                 
         Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model hannafin and peck.                                                                         Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dll. contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey sementara contoh model melingkar adalah model Kemp. Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki. Beberapa contoh dari model-model diatas akan diuraikan secara lebih jelas berikut ini:
1. Model Dick and Carrey                                                                                        Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah :
1.      Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
2.      Melaksanakan analisi pembelajaran
3.      Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4.      Merumuskan tujuan performansi
5.      Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan
6.      Mengembangkan strategi pembelajaran
7.      Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
8.      Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9.      Merevisi bahan pembelajaran
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.[10]
         Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.                                                                                       Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan.  Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar : Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui di  mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.
2.      Model Kemp                                                                                                    
         Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar jika ditunjukkan dalam sebuah diagram. Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu: Menentukan tujuan dan daftar topik ,menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap topiknya; Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain; Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar; Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan; Pengembangan pra penilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik; Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan; Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran; Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahankesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.[11]
3.   Model ASSURE
         Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
1.      Analyze Learners
2.      States Objectives
3.      Select Methods, Media, and Material
4.      Utilize Media and materials
5.      Require Learner Participation
6.      Evaluate and Revise
1.      Analisis Pelajar                                                                                      Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan disesuaikan dengan cirri-ciri pelajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar untuk menganalisis semua cirri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar  Menyatakan Tujuan
2.      Menyatakan tujuan                                                                                               Menyatakan tujuan   adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembeljaran baik berdasarkan buku atau kurikulum. Tujuanpembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakantujuan harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari   
3.      Pemilihan Metode, media dan bahan                                                              Heinich et al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
4.      Penggunaan Media dan bahan Menurut Heinich et al (2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran
5.      Partisipasi Pelajar di dalam kelas                                                                         Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi. 
6.      Penilaian dan Revisi Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.
4.   Model ADDIE                                                                                         
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri[12]. Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
1.      Analysis (analisa)
2.      Design (disain / perancangan)
3.      Development (pengembangan)
4.      Implementation (implementasi/eksekusi)
5.      Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Tahap 1 : analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.  Langkah 2: Desain Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu .                                             Langkah 3: Pengembangan,  Pengembangan adalah dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangka                                                                                                        Langkah 4: Implementasi, Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.   Langkah 5: Evaluasi Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lainlain.
5.   Model Hanafin and Peck
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi (Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model desain pembelajaran berorientasi produk. Gambar di bawah ini menunjukkan tiga fase utama dalam model Hannafin dan Peck (1988). Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhankebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck (1988) menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.                                                                                     Fasa yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain.  Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan mdia tersebut[13]. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi.           Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan  dan implementasi. Hannafin dan Peck (1988) mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam proses pengubahsuaian untuk mencapai kualitas media yang dikehendaki. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.
E.     Bahan pengajaran      
Bahan pengajaran adalah bagian integral dalam kurikulum sebagiman yang telah ditentukan dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Itu sebabnya dapat dikatakan bahan pengaajaaran pada hakikatnya isi kurikulum itu sendiri. Bahwa isi kurikulum senantiasa mengacu usaha pencapaian ketujuan-tujuan kurikulum dan tujuan-tujuan instruksional bidang studi bahan pengajaran itu adalah sebagai rincian pada poko-pokok bahasan dan subpokok bahasan dalam GBPP.[14]              Berbagai kebutuhan pendidikan tak dapat dipisahkan dari pendekatan pengembangan kurikulum secara menyeluruh. Dalam hubungan ini ada empat kategori pendekatan yang dapat kita pertimbangkan:
1.      Pendekatan cultural
2.      Pendekatan multi dimensional
3.      Pendekatan menererial
4.      Pendekatan professional
Keempat ini sangat mempengaruhi tujuan pembelajaran yang telah terprograam dalam Gari-Gari Besar Tujuan Pembelajaran dan kurikulum yang ada dari beberapa pendekatan ini dapat dirincikan sebagai berikut:
1.      Pendekatan cultural                                                                                      Dala struktur kultur ( budaya) Nasional terdapat dimensi-dimensi keluarga, pendidikan, ekonomi,politik, system nilai, teknologi, rekreasi dan lain sebagainya. Pendekatan politik dikenal sebagai pendekatan demokrasi yang beroreentasi pada pembentukan kecerdasan dan perluasan kesempatan belajar. Diasumsikan bahwa manusia-manusia yang berkecerdasan tinggi akan memungkinkan baginya untuk berpartisipasi dalam masyarakat, misalnya dalam proses pembangunan. Karena isi kurikulum dikembangkan dan diorganisasikan sedemikian rupa untuk mencapai sasaran manusia atau warga Negara demokratis. Dengan kata lain, isi kurikulum yang tidak mengarah pada pembentukan kepribadian berdasarkan nilai-nilai social dan personalyang menjadi cirri khas kemanusiaan. Isi kurikulum disusun berdasarkan system nilai yang berorientasi pada pembentukan warga Negara yang “baik”
2.      Pendekatan multidimensional                                                                 Sesuai dengan pendekatan multidimensional, pengembangan isi kurikulum berdasarkan pada ‘keharusan-keharusan’, sebagai berikut: Pertama,isi kurikulum berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan politik yang dilaksanakan oleh pemerintah, yang mencakupkebijaksanaan dalam pembangunan dan pendidikan.                      Kedua,isi kurikulum dikembangkan berdasarkan konsep pendidikan misalnya konsep pendidikan “siap pakai” artinya para para lulusan dipersiapkan agar mampu bekerja atau menempati lapangan kerja dalam masyarakat.         Ketiga, isi kurikulum dikembangkan berdasarkan psikologi belajar tertentu. Sejalan dengan konsep pendidikan maka psikologi behavioristik yang menekankan pada pembentukan tingjah laku atau dengan konsep belajar tuntas.
3.      Pendekatan menejerial                                                                         
4.      Pendekatan professiona
F.   Tehnik merumuskan tujuan pengajaran
      Dalam mencapai tujuan tidak semudang membalikkan tangan kita perlu adanya kerja keras. Banyaknya komponen pembelajaran yang seharusnya mendukung dan bekerjasama dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Pendidik dan siswa merupakan komponen yang dominan yang berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Tanpa  keduanya, walaupun ada yang lain juga mempengaruhinya tidak akan mungkin tujuan pengajaran tercapai kalau tanpa keduannya. Merumuskan tujuan belajar mengajar.  1. Merumuskan tujuan umum, 2. Merumuskan suatu situasi, 3. Merumuskan suatu tes. langkag-langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut:                                                                                            Merumuskan  tujuan umum Tujuan umum yang dulu disebut tujuan instruksional umum adalah hasil-hasil pengajaran yang mengandung nilai tertentu bagi siswa.sebagai contoh memiliki pengetahuan dasar-dasar kenegaraan dan pemerintah sesuai dengan UUD 1945, memiliki keterampilan memecahkan masalah sederhana dengan sistematis,memiliki sikap demokratis dan rasa tenggang rasa.                                               Pendidik dalam merumuskan tujuan pengajaran bersumber dari mata pelajaran. Mata pelajaran dapat dibagi-bagi menjadi bagian-bagian kecil pokok bahasan. Bagian tersebut dapat dirumuskan suatu tujuan pengajaran tertentu .sehingga mempunyai ciri khas seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Merumuskan suatu situasi acuan Seorang pendidik dalam merencanakan pelajaran, sesungguhnya dia mengharapkan dalam situasi bagaimanpun pendidik dapat menyampaikan kepada anak didiknya. Jadi situasi acuan itu berada diluar pengajaran itu senndiri, untuk menentukan situasi acuan tersebut, guru perlu mempertanyakan pada dirinya sendiri atau menanyakan kepada siswa sesuai dengan harapan atau aspirasi siswa dalam kelas itu sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang kita harapkan dan tercapai tujuan pembelajaran.                                                                                               Merumuskan suatu tes situasi acuan  Tes adalah suatu mekanisme untuk menghubungkan tujuan pendidik dengan situasi acuan.[15]  Penyusunan tes dalam rangka untuk mengecek apakah pengajaran relevan jika siswa mampu mentranferkan hal-hal yang telah dipelajarinya dalam situasi lain sebagai bukti bahwa dia telah mencapai tujuan pengajaran. Itu berarti dia mampu melakukan atau melaksanakan dalam situasi yang diharapkan. Tes berisikan kondisi-kondisi tingkah laku yang harus dipertunjukkan dan ukuran-ukuran keberhasilan tingkah laku.
G.     Kegunaan Tujuan Pengajaran
         Seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran mempunyai keinginan dan tidak sama satu dengan yang lain terahadap siswa yang diajarnya. Perumusan tujuan pengajaran mengandung kegunaan tertentu dalam rangka memecahkan permasalahan dalam pengajaran. secara khusus, tujuan pengajaran bertujuan sebagai berikut:
a.      Untuk Pengajaran atau keadaan siswa artinya pengajaran dinilai berhasil apabila siswa telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan . ketercapaian tujuan tujuan pengajaran oleh siswa menjadi indicator keberhasilan system pengajaran yang dirancang sebelumnya.
b.      Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan-tujuan yang telah dirumuskan memberikan arah, acuan, dan pedoman bagi siswa dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dengan demikian guru dapat merancang tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan pengajaran.
c.      Sebagai kriteria untuk merancang pelajaran. Merupakan dasar dalam memilih dan menetapkan materi pelajaran, baik ruang lingkupnya, menentukan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan, memilih alat sunmber, serta untuk merancang prosedur penilaian.
d.      Menjadi media untuk berkomunikasikan dengan rekan-rekan guru lainnya.
Berdasarkan tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, maka seorang guru dapat melakukan komunikasi dengan rekan sekerjanya tentang apa yang hendak dicapai dalam tujuan pmbelajaran.[16]
H.     Tingkatan-tingkatan Tujuan pendidikan atau Pembelajaran
         Tujuan pendidikan dan pengajaran  dapat kita bagi menjadi lima tingkatan atau jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu. Tingkatan tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Tujuan pendidikan Nasional
2.      Tujuan lembaga pendidikan
3.      Tujuan kurikuler
4.      Tujuan mata pelajaran
5.      Tujuan belajar mengajar
Tujuan-tujuan tersebut akan diuraikan satu persatu dibawah ini                   
1.  Tujuan pendidikan Nasional
       Tujuan pendidikan Nasional adalah tujuan pendidikan umum dari system pendidikan nasional. Tujuan ini merupakan tujuan jangka panjang dan sangat luas dan menjadi pedoman dari semua kegiatan  atau semua usaha pendidikan di Negara kita. Tujuan ini kemudian dijadikan landasan dalam landasan dalam menentukan tujuan sekolah dan tujuan kurikulum sekolah, tujuan pendidikan formal dan non formal. Dengan kata lain tujuan pendidikan nasional menjadi pedoman dari seluruh kegiatan dan lembaga pendidikan di Negara kita. sehingga tujuan pengajaran tidak melenceng apa yang diharapkan oleh pendidikan Nasional. Walaupun tujuan yang jelaskan diatas sangatlah umum tetapi itu semua menjadi acuan bagi pendidik yang pada  dasarnya suatau daerah tidaklah sama dalam mengembangkan tujuan penganjaran dan kerena mempunyai hak otonomi daerah  masing-masing. Dan satu-satunya untuk menyatukan semua keinginan dalam mengemabangkan tujuan pengajaran. Maka adanyan tujuan pendidikan Nasional sebagai salah satu sarana pemersatu diantara semuannya.
2.   Tujuan lembaga pendidikan
       Setiap lembaga pendidikan, sejak dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, masing-masing mempunyai tujuan yang hendak dicapai, dan tujuan itu berbeda-beda dengan yang lainya berdasarkan pada jenis lembaga yang disediakan untuk siapa ada didalam proses pengajaran. Dalam hubungan ini, penulis mengambil contoh tujuan sekolah dasar dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional yang umumnya sekolah dasar hendaknya mencapai tujuan atau target sebagai berikut. Supaya anak- anak tamatan SD mengenal kewajiban dan haknya sebagai manusia pancasila sesuai dengan UUD 45 , Pancasila  perbuatan selaras dengan pengetahuan. Supaya anak-anak tamatan SD memiliki salah satu keterampilan atau kecakapan khusus yang merupakan bekal hidupnya dalam masyarakat dan dengan demikian dapat berdiri sendiri. Supaya anak-anak tamatan SD memiliki dasar ilmu pengetahuan yang kukuh dan keprigelan (cepat tanggap dengan keadaan yang ada) dan penggunaan dalam melanjutkan pendidikan kesekolah menengah. Sehingga keinginan bangsa dalam mewujudkan WAJIB BELAJAR 9 TAHUN.
3.    Tujuan kurikuler Kurikulum 
 Setiap pendidikan  di Indonesia harus mencerminkan  mukhadimah UUD’45 demikian kurikulum harus menjadi pelaksana UUD’45 dibidang pendidikan. Karena itu untuk memperjelas tujuan kurikulum, misalnya: kurikulum sekolah dasar maka dapat diperhatikan hasil pendidikan atau taraf perkembangan yang diharapkan dalam kurikulum SD sebagai berikut: Sikap siswa. Sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan mukhadimah UUD’45 ( isi mukadimah UUD) Pengetahuan dan pengertian siswa terhadap bahan pelajaran sebagai warga Negara. Artinya siswa yang patuh terhdap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.     
1.      Perasaan keindahan siswa.                                                                       
2.      Kecerdasan siswa.
3.      Perkembangan jasmani atau kesehatan.
4.      Keterampilan
5.      Tujuan mata pelajaran
6.      Tujuan belajar mengajar
Tujuan belajar mengajar sebagai contoh mata pelajaran pendidika kewarganegaraan sebagai berikut: Menanamkan,memupuk,dan mengembangkan rasa beragama dengan bukti berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa Memupuk dan mengembangkan rasa kekeluargaan dalam hidup sebagai anggota masyarakat Memupuk dan mengembangkan rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi warga Negara yang demokratis Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan sifat dan sikap kewiraan.                                                                                          




BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
            Dengan munculnya era globalisasi di penghujung milenium kedua ini, telah membawa wawasan dan kesadaran masyarakat, dengan muncul sejumlah harapan sakaligus kecemasan. Harapan-harapan ini karena ada perbaikan kualitas hidup dan kehidupan di satu sisi sebagai akibat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta informasi dan teknologi (INFOTEK).
       Lembaga Pendidikan yang berkualitas merupakan dambaan setiap komponen masyarakat, baik komponen masyarakat sekolah yang terdiri dari peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, maupun masyarakat dalam arti luas yaitu orang tua atau masyarakat lain pengguna pendidikan atau simpatisan yang menaruh perhatian besar terhadap kuantitas dan kualitas output sekolah, “Lembaga Pendidikan yang berkualitas” yang  mampu memproses peserta didik yang pada akhirnya akan menghasilkan produk (output) secara optimal.                    
Pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya pendidikan berarti akan melahirkan manusia yang kreatif dan mempunyai ide-ide yang cemerlang dalam mengisi masa depan yang lebih maju. Potensi yang ada pada diri manusia akan berkembang menjadi pribadi yang baik, apabila dia manfaat kan dengan sebaik mungkin kearah yang positif.
            Kurikulum terus berubah karena potensi siswa, kondisi pendidikan, persaingan global, persaingan pada kemampuan SDM dan persaingan terjadi pada lembaga pendidikan. Oleh karena itu guru dituntut harus mampu: (a) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. (c) Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d) Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber. (f) Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya. (h) Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.         
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas
            Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:  Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
            Konsep tujuan pengajaran atau pembelajaran yang dikemukakan oleh Mager menitik beratkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan (performace) sebagai suatu jenis output yang terdapat dari siswa, yang dapat diamati dan menunjukan bahwa siswa tersebut telah melakukan kegiatan belajar
Dalam pendesainan tujuan pembelajaran hendaknya seorang guru atau pendidik memperhatikan komponen sebagi berikut : 
1.   Tingkah laku terminal                                                                              Tingkah terminal adalah komponen tujuan pengajaran yang menentukan tingkah laku siswa setelah pengajaran                                                                           2.    Kondisi-kondisi tes.                                                                                           Kondisi-kondisi seperti yang seperti itu, seharusnya perlu disiapkan oleh seorang guru sebab sering terjadi siswa memprotes bahwa ulangan atau tes yang diberikan tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan. Jenis kondisi ada tiga jenis yang umumnya mempengaruhi prilaku pada suatu tes.                                                                            3.    Ukuran-ukuran perilaku                                                                                    Komponen ukuran merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa.                     
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih.                                                              Gari-Gari Besar Tujuan Pembelajaran dan kurikulum yang ada dari beberapa pendekatan ini dapat dirincikan sebagai berikut:
1.         Pendekatan cultural                                                                                Dala struktur kultur ( budaya) Nasional terdapat dimensi-dimensi keluarga, pendidikan, ekonomi,politik, system nilai, teknologi, rekreasi dan lain sebagainya. Pendekatan politik dikenal sebagai pendekatan demokrasi yang beroreentasi pada pembentukan kecerdasan dan perluasan kesempatan belajar. Diasumsikan bahwa manusia-manusia yang berkecerdasan tinggi akan memungkinkan baginya untuk berpartisipasi dalam masyarakat, misalnya dalam proses pembangunan. Karena isi kurikulum dikembangkan dan diorganisasikan sedemikian rupa untuk mencapai sasaran manusia atau warga Negara demokratis. Dengan kata lain, isi kurikulum yang tidak mengarah pada pembentukan kepribadian berdasarkan nilai-nilai social dan personalyang menjadi cirri khas kemanusiaan. Isi kurikulum disusun berdasarkan system nilai yang berorientasi pada pembentukan warga Negara yang “baik”                                                                                                                                   2.            Pendekatan multidimensional                                                                       Sesuai dengan pendekatan multidimensional, pengembangan isi kurikulum berdasarkan pada ‘keharusan-keharusan’, sebagai berikut:             Pertama,isi kurikulum berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan politik yang dilaksanakan oleh pemerintah, yang mencakupkebijaksanaan dalam pembangunan dan pendidikan. Kedua,isi kurikulum dikembangkan berdasarkan konsep pendidikan misalnya konsep pendidikan “siap pakai” artinya para para lulusan dipersiapkan agar mampu bekerja atau menempati lapangan kerja dalam masyarakat. Ketiga, isi kurikulum dikembangkan berdasarkan psikologi belajar tertentu. Sejalan dengan konsep pendidikan maka psikologi behavioristik yang menekankan pada pembentukan tingjah laku atau dengan konsep belajar tuntas.
3. Pendekatan menejerial                                                                                      4. Pendekatan professiona                                                               Merumuskan tujuan belajar mengajar.  1. Merumuskan tujuan umum, 2. Merumuskan suatu situasi, 3. Merumuskan suatu tes. langkag-langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Langkag-langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Merumuskan tujuan umum Tujuan umum yang dulu disebut tujuan instruksional umum adalah hasil-hasil pengajaran yang mengandung nilai tertentu bagi siswa.sebagai contoh memiliki pengetahuan dasar-dasar kenegaraan dan pemerintah sesuai dengan UUD 1945, memiliki keterampilan memecahkan masalah sederhana dengan sistematis,memiliki sikap demokratis dan rasa tenggang rasa.                                 Seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran mempunyai keinginan dan tidak sama satu dengan yang lain terahadap siswa yang diajarnya. Perumusan tujuan pengajaran mengandung kegunaan tertentu dalam rangka memecahkan permasalahan.          Tujuan pendidikan dan pengajaran  dapat kita bagi menjadi lima tingkatan atau jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu. Tingkatan tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Tujuan pendidikan Nasional
2.      Tujuan lembaga pendidikan
3.      Tujuan kurikuler
4.      Tujuan mata pelajaran
5.      Tujuan belajar mengajar
B. Saran – saran
            Dari makalah yang saya buat ini saya menyadari  tentulah tidak dikatakan benar atau sempurna, baik dari  tata bahasa penulisan  maupun isinya. Mungkin sangat jauh dari kata benar atau sempurna.                                      Maka dari itu saya mengharapkan sumbangsih dari teman-teman yang akan menjadi seorang guru profesional dibidang ilmu masing-masing untuk memberi saran dan  perbaikan terhadap makalah yang saya buat ini,  Sehinggga nantinya makalah ini bisa dijadikan sedikit acuan dalam pembuatan desain pembelajaran disekolah kita masing-masing.  







DAFTAR PUSTAKA
Suparman, Atwi. 2009. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka
Hamelik, Oemar, Perencanaan Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem,Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, cetakan keempa
http://instructionaltheorycourse.blogspot.com/2009/02/1-introduction
2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Dadang Supriatna, Konsep Dasar Desain Pembelajaran, PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TAMAN KANAK KANAK DAN PENDIDIKAN LUAR BIASA 2009
Sagala Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : Alfabeta
Hannafin, M.J. & Peck, K.L. 1988. The design, development, and evaluation
of instructional software. New York: Mc Millan Publishing Company
 Hasbullah, (2006) Implementasi E-Learning Dalam Pengembangan Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Proceeding), SNPTE 2006, UNY, Yogyakarta
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Gaung Persada, Jakarta 2011.`
Dimyati,dkk.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta
Kunandar.2009.Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Rajawali Pers
ADDIE Instructional Design Model. Retrived December 20 2006. from



[1] Kunandar.2009.Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Rajawali Pers
[2] Suparman, Atwi. 2009. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka

[3]. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.h. 10

[4]  http://rpl07.wordpress.com/2007/06/21/konsep-dan-prinsip-desain-oleh-afwan

[6] Dadang Supriatna, Konsep Dasar Desain Pembelajaran, PUSAT.h.4.
[8] Oemar Hamelik, Perencanaan Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) cetakan keempat, hlm., 111
[9].M. Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), h. 16
[10].Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Gaung Persada, Jakarta 2011,hal 169
[11] Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Gaung Persada, Jakarta 2011, hal-296
[12] ADDIE Instructional Design Model. Retrived December 20 2006. from
http://itsinfo.tamu.edu/workshops/handouts/pdf_handouts/addie.pdf
[13] Hannafin, M.J. & Peck, K.L. 1988. The design, development, and evaluation
of instructional software. New York: Mc Millan Publishing Company

[14] 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
[15] Oemar Hamelik, Perencanaan Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) cetakan keempat, hlm.,130
[16] Oemar Hamelik, Perencanaan Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) cetakan keempat, hlm., 114