TUGAS MAKALAH PERBAIKAN
MATA KULIAH DESAIN DAN INTRUKSIONAL
DESAIN
TUJUAN PEMBELAJARAN
DOSEN
PENGAMPUH : PROF. DR. MUKHTAR, M.Pd
DISUSUN OLEH :
N A M A : HASIB
KARIMUDDIN. SY
N I M : P.p.211.1.1383
PRODI : PENDIDIKAK ISLAM
KONSENTRASI :
TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA
SARJANA
TEKNOLOGI
PENDIDIKAN ISLAM
IAIN STS JAMBI
TAHUN 2011/2012
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Desain
Tujuan Pembelajaran
................................................. 9
B. Komponen Utama Desain Pembelajaran .............................. 11
C. Komponen-Komponen
Pembelajaran ..................................
12
D. Model-model Desain Pembelajaran ...................................... 14
E.
Bahan pengajaran
........................................................................... 22
F. Tehnik merumuskan
tujuan pengajaran ...................................... 23
G. Kegunaan Tujuan Pengajaran ....................................................... 25
H. Tingkatan-tingkatan
Tujuan pendidikan atau Pembelajaran ...... 26
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................. 29
B. SARAN-SARAN
.............................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan munculnya era globalisasi di
penghujung milenium kedua ini, telah membawa wawasan dan kesadaran masyarakat,
dengan muncul sejumlah harapan sakaligus kecemasan. Harapan-harapan ini karena
ada perbaikan kualitas hidup dan kehidupan di satu sisi sebagai akibat
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta informasi dan teknologi
(INFOTEK), dan di sisi lain muncul juga kecemasan-kecemasan, Hal ini
disebabkan oleh adanya perubahan yang terlalu cepat menyebabkan kondisi
masyarakat sulit beradaptasi di dalamnya.
Lembaga Pendidikan yang berkualitas
merupakan dambaan setiap komponen masyarakat, baik komponen masyarakat sekolah
yang terdiri dari peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, maupun
masyarakat dalam arti luas yaitu orang tua atau masyarakat lain pengguna
pendidikan atau simpatisan yang menaruh perhatian besar terhadap kuantitas dan
kualitas output sekolah, yang pada akhirnya menggunakan jasa pendidikan
yang di hasilkan oleh lembaga pendidikan yang berkualitas tersebut, dalam hal
ini sekolah harus dikelola dan diberdayakan agar mampu mewujudkan predikat
sebagai “Lembaga Pendidikan yang berkualitas” yang mampu memproses
peserta didik yang pada akhirnya akan menghasilkan produk (output) secara
optimal. Pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan
manusia, karena dengan adanya pendidikan berarti akan melahirkan manusia yang
kreatif dan mempunyai ide-ide yang cemerlang dalam mengisi masa depan yang
lebih maju. Potensi yang ada pada diri manusia akan berkembang menjadi
pribadi yang baik, apabila dia manfaat kan dengan sebaik mungkin kearah yang
positif. Manusia memperoleh sebagaian
besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang
terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan
dikontrol. Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu: pertama;
ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, ketrampilan
motorik, dan sikap.
Pendidik dituntut untuk menyediakan
kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan tertentu
yang harus dipelajari oleh subyek didik. Dalam hal ini peranan desain pesan
dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena desain pesan
pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola
atau signal dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan kondisi untuk
belajar.
Peningkatan mutu pendidikan terus
digalakkan baik ditingkat pusat maupun daerah. Seiring dengan perkembangan
kebutuhan masyarakat baik lokal maupun global, serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka diadakan pengembangan di bidang pendidikan, yang
sekarang kita kenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).[1] Kurikulum
terus berubah karena potensi siswa, kondisi pendidikan, persaingan global,
persaingan pada kemampuan SDM dan persaingan terjadi pada lembaga pendidikan.
Oleh karena itu guru dituntut harus mampu: (a) Menggunakan sumber belajar dalam
kegiatan pembelajaran sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar.
(c) Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d)
Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e)
Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber. (f) Memilih bahan sesuai dengan
prinsip dan teori belajar. (g) Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar
sebagai bagian dari bahan pembelajarannya. (h) Merencanakan kegiatan penggunaan
sumber belajar secara efekti. Desain pembelajaran dapat
dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu,
sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran
membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya.[2]
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan
fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai
mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.Sebagai sistem, desain pembelajaran
merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk
sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran
sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi
pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk
menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan
tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di
dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran,
uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya.
Desain
pembelajaran adalah praktik penyusunan media
teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif
antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi
penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang
"perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.
Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu
oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini
dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar
tersembunyi dan hanya berupa asumsi. Sebagai suatu disiplin, desain pembelajaran secara
historis dan tradisional berakar pada psikologi kognitif dan perilaku. Namun istilah ini
sering dihubungkan dengan istilah yang berbeda dalam bidang lain, misalnya
dengan istilah desain grafis. Walaupun desain grafis (dari
perspektif kognitif) dapat memainkan peran penting dalam desain pembelajaran,
namun keduanya adalah konsep yang terpisah Setiap kegiatan belajar mengajar
mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dari
yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan
pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan yang
bersifat universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran
akhir kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap
sasaran antara serta sasaran kegiatan. Tujuan pembelajaran harus diterjemahkan
kedalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan. Pada tingkat sasaran
atau tujuan yang universal, manusia yang diidamkan tersebut harus memiliki
kualifikasi:
1) pengembangan bakat secara optimal;
2) hubungan antar manusia;
3) efisiensi ekonomi; dan
4) tanggung jawab selaku warga negara.
Sedangkan tujuan pendidikan Indonesia sejalan dengan dasar negara dan pandangan hidup kita, tujuannya adalah terbinanya warga negara yang cakap, memahami, menghayati, dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila yaitu :
2) hubungan antar manusia;
3) efisiensi ekonomi; dan
4) tanggung jawab selaku warga negara.
Sedangkan tujuan pendidikan Indonesia sejalan dengan dasar negara dan pandangan hidup kita, tujuannya adalah terbinanya warga negara yang cakap, memahami, menghayati, dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang adil dan
beradab;
3. Persatuan Indonesia;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijak sanaan dalam
permasyawaratan dan perwakilan
5. keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pandangan hidup para guru maupun
siswa turut mewarnai berkenaan dengan gambaran karakteristik sasaran manusia
idaman. Konsekwensinya akan mempengaruhi juga kebijakan tentang perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, serta penilaian terhadap kegiatan belajar
mengajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem intruksional mengacu kepada
opengertian sebagai perangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain
untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara
lain tujuan pelajaran, bahan ajar, siswa yang menerima pelayanan belajar, guru,
metode dan pendekatan, situasi, dan evaluasi kemajuan belajar. Agar tujuan itu
dapat tercapai semua komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik
sehingga sesama komponen itu terjadi kerjasama. Karena itu guru tidak boleh
hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan
evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
Berbagai persoalan yang biasa dihadapi guru antara lain adalah:
1) tujuan-tujuan apa yang ingin dicapai;
2) materi pelajaran apa yang perlu diberikan
3) metode alat mana yang harus dipakai;
4) prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.
Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik sepeti:
2) materi pelajaran apa yang perlu diberikan
3) metode alat mana yang harus dipakai;
4) prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.
Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik sepeti:
1. Kecerdasan dan bakat
khusus;
2. Prestasi sejak permulaan sekolah
3. Perkembangan jasmani dan keshatan
4. Kecenderungan emosi dan karakternya
5. Sikap dan minat belajar 6.Cita-cita 7. Kebiasaan belajar dan bekerja; hobi dan penggunaan waktu senggang; 8. Hubungan sosial disekolah dan dirumah 9. Latar belakang keluarga 10. Lingkungan tempat tinggal; dan 11. Sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik. Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait. Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi:
1. Standar isi 2. Standar proses 3. Standar kompetensi lulusan 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan 5. Standar sarana dan prasarana 6. Standar pengelolaan 7. Standar pembiayaan; dan 8. Standar penilaian pendidikan.[3]
2. Prestasi sejak permulaan sekolah
3. Perkembangan jasmani dan keshatan
4. Kecenderungan emosi dan karakternya
5. Sikap dan minat belajar 6.Cita-cita 7. Kebiasaan belajar dan bekerja; hobi dan penggunaan waktu senggang; 8. Hubungan sosial disekolah dan dirumah 9. Latar belakang keluarga 10. Lingkungan tempat tinggal; dan 11. Sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik. Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait. Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi:
1. Standar isi 2. Standar proses 3. Standar kompetensi lulusan 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan 5. Standar sarana dan prasarana 6. Standar pengelolaan 7. Standar pembiayaan; dan 8. Standar penilaian pendidikan.[3]
Dari latar belakang diatas dapat kita ambil suatu rumusan
masalah diantaranya yaitu :
1. Apa pengertian dari
desain pembelajaran ?
2. Bagaimana tujuan dari
pembelajaran yang diharapkan ?
3. Model – model pembelajaran bagaimana yang dapat mendukung
pembelajaran pembelajaran yang efektif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Desain Tujuan Pembelajaran
Pada
desain pembelajaran semua itu bagian
suatu komponen pengajaran yang telah dirancang sebelum melakukan atau
melaksanakan system pembelajaran yang berhasil, yang menggunakan pola efektif
dan efisien. Karena system pendidikan pada zaman modern pada saat sekarang ini,
karena seorang guru yang penuh dengan banyaknya tuntutan dan kebutuhan
yang dihadapi oleh pada saat ini guru dituntut harus bisa dalam segala bidang
sebagai bentuk untuk menfasilitasi bakat anak yang sangat banyak berkembang. Untuk supaya tidak salah memahami suatu
makalah ini maka penulis memberikan penjelasan secara terinci.
1. Desain
adalah kerangka, bentuk atau rancangan.langkah pertama dalam fase pengembangan
bagi setiap produk atau sistem yang direkayasa. Desain dapat didefinisikan
berbagai proses aplikasi berbagai teknik dan prinsip bagi tujuan pendefinisian
suatu perangkat, suatu proses atau sistem dalam detail yang memadai untuk
memungkinkan realisasi fisiknya. Tujuan desainer adalah untuk menghasilkan
suatu model atau representasi dari entitas yang kemudian akan dibangun.[4]
Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan
isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif
antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi
penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang
"perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Sebagai suatu disiplin,
desain pembelajaran secara historis dan tradisional berakar pada psikologi kognitif dan perilaku. Namun istilah ini
sering dihubungkan dengan istilah yang berbeda dalam bidang lain, misalnya
dengan istilah desain grafis. Walaupun desain grafis (dari
perspektif kognitif) dapat memainkan peran penting dalam desain pembelajaran,
namun keduanya adalah konsep yang terpisah.
2. Tujuan
adalah sasaran yang ingin dicapai setelah mengajar suatu pokok atau
subpokok bahasan yang sudah ditencanakan. Dalam buku lain dijelaskan tujuan
adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu lembaga pendidikan seperti
SD,SM,dan universitas yang harus sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.[5]
Jadi tujuan yang penulis maksud sesuatu yang hendak dicapai setelah mengajar
suatu pokok bahasan atau sub bahasan yang telah direncanakan oleh seorang
pendidik ataupun guru formal atau non formal sehingga sehingga terjadinya
perubahan pada anak didik atau siswa dalam hal intelegensi maupun moral,
sopan santun, ataupun akhlak.
3. Pembelajaran
adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar (Dimyati & Mudjiono dalam Sagala, 2005) Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (UUSPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala, 2005). Pembelajaran
sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas
berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran..[6]
Jadi desain pembelajaran adalah rangcangan atau kerangka terhadap sesuatu yang
akan dicapai setelah mengajar dalam pokok bahasan atau subbahasan sehingga
proses belajar
mengajar atau system
pembelajaran terarah dan terprogram sesuai dengan yang diinginkan. Semua
program pendidikan atau pengajaran didasarkan kepada tujuan umum pengajaran.
Tujuan umum ini di turunkan menjadi tiga sumber yaitu: masyarakat, siswa dan
bidang studi. Yang diturunkan oleh masyarakat mencakup konsep luas seperti
“membentuk manusia pancasila” “manusia pembangun” “manusia berkepribadian”
“menetapkan nilai”. Manusia bertanggung jawab dan sebagainya. tujuan
pendidikan menurut siswanya mencakup “kesiapan jabatan, ketrampilan memecahkan
masalah, penggunaan waktu senggang secara membangun dan sebagainya. Dan tiap
siswa mempunyai harapan yang berbeda. Tujuan pendidikan yang ada kaitanya
dengan bidang studi dapat dinyatakan lebih spesifik, misalnya dalam sains,
sadar akan keindahan. Karena sain dan pendidikan tidak dapat dipisahkan
ilmu-ilmu sain haruslah dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencapai data
yang valid, karena ilmu sain selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangannya.
B. Komponen Utama Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah: Pembelajar
(pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka,
kemampuan awal dan pra syarat[7].
Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan
dikuasai oleh pembelajar. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis
topik atau materi yang akan dipelajari. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan
secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan
belajar mengajar. Bahan Ajar, adalah
format materi yang akan diberikan kepada Pembelajar. Penilaian Belajar, tentang
pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.
C. Komponen-Komponen
Pembelajaran
Konsep
tujuan pengajaran atau pembelajaran yang dikemukakan oleh Mager menitik
beratkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan (performace) sebagai
suatu jenis output yang terdapat dari siswa, yang dapat diamati dan
menunjukan bahwa siswa tersebut telah melakukan kegiatan belajar.[8]
Artinya jika siswa tidak dapat mempertunjukan tingkahlaku tertentu sebelum
belajar dan kemudian dapat mempertunjukannya maka berarti siswa telah menempuh
proses pembelajaran. Yang menjadi masalah sekarang, apakah tingkah laku yang
dipertunjukan sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan atau sesuai
dengan norma-norma agama dan norma lainnya. Dan apabila siswa belum mampu
mempertunjukan tingkah laku yang diharapkan seperti yang sesuai dengan
aturan-aturan yang tertera dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits ataupun dengan
apa yang menjadi tujuan pembelajaran maka, walaupun siswa sudah melakukan
pembelajaran tetapi tujuan pembelajaran belum tercapai. Maka pendidik belum bisa
melakukan desain tujuan pembelajaran yang bisa menggapai seluruh siswa yang di
ajarnya Dalam mendesain tujuan pembelajaran
harus memperhatikan komponen-komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran
sehingga seorang guru atau pendidik dapat mencapainya apa yang diharapkan.
Dalam pendesainan tujuan pembelajaran hendaknya seorang guru atau pendidik
memperhatikan komponen sebagi berikut :
1. Tingkah laku
terminal.
Tingkah terminal adalah komponen tujuan pengajaran yang menentukan tingkah laku siswa setelah pengajaran. tingkah laku terminal harus dirumuskan dengan menggunakan kata kerja(action verb) misalnya memilih, mengukur, yang menunjukkan suatu tindakan yang dapat diamati dan dicatat. Dengan menggunakan kata kerja tindakan, kita dapat menkomunikasikan apa yang kita harapkan dapat dilakukan oleh siswa pada saat pembelajarang sedang berlangsung maupun proses pembelajaran telah selesai. Mengidentifikasi perilaku awal siswa dimaksudkan untuk mengetahui siapa kelompok sasaran, populasi sasaran, serta sasaran didik dari kegiatan instruksional. Istilah tersebut digunakan untuk menanyakan siswa yang mana atau siswa sekolah apa, serta sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti pelajaran tersebut.[9]
Tingkah terminal adalah komponen tujuan pengajaran yang menentukan tingkah laku siswa setelah pengajaran. tingkah laku terminal harus dirumuskan dengan menggunakan kata kerja(action verb) misalnya memilih, mengukur, yang menunjukkan suatu tindakan yang dapat diamati dan dicatat. Dengan menggunakan kata kerja tindakan, kita dapat menkomunikasikan apa yang kita harapkan dapat dilakukan oleh siswa pada saat pembelajarang sedang berlangsung maupun proses pembelajaran telah selesai. Mengidentifikasi perilaku awal siswa dimaksudkan untuk mengetahui siapa kelompok sasaran, populasi sasaran, serta sasaran didik dari kegiatan instruksional. Istilah tersebut digunakan untuk menanyakan siswa yang mana atau siswa sekolah apa, serta sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti pelajaran tersebut.[9]
2. Kondisi-kondisi
tes.
Kondisi-kondisi seperti yang seperti itu, seharusnya perlu disiapkan oleh seorang guru sebab sering terjadi siswa memprotes bahwa ulangan atau tes yang diberikan tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan. Jenis kondisi ada tiga jenis yang umumnya mempengaruhi prilaku pada suatu tes. Pertama,Alat dan sumber yang seharusnya yang digunakan oleh siswa dalam mempersiapkan untuk menempuh tes. Seperti buku sumber, catatan, dan sebagainya. Kedua ,tantangan yang disediakan untuk siswa misalnya mengerjakan tes dalam jangka waktu yang terbatas. Ketiga,cara menyajikan informasi atau pelajaran. Misalnya, dengan tulisan ataupun dengan rekaman. Tujuan-tujuan pengajaran yang lengkap seharusnya memuat kondisi-kondisi dimana perilaku akan diuji.
Kondisi-kondisi seperti yang seperti itu, seharusnya perlu disiapkan oleh seorang guru sebab sering terjadi siswa memprotes bahwa ulangan atau tes yang diberikan tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan. Jenis kondisi ada tiga jenis yang umumnya mempengaruhi prilaku pada suatu tes. Pertama,Alat dan sumber yang seharusnya yang digunakan oleh siswa dalam mempersiapkan untuk menempuh tes. Seperti buku sumber, catatan, dan sebagainya. Kedua ,tantangan yang disediakan untuk siswa misalnya mengerjakan tes dalam jangka waktu yang terbatas. Ketiga,cara menyajikan informasi atau pelajaran. Misalnya, dengan tulisan ataupun dengan rekaman. Tujuan-tujuan pengajaran yang lengkap seharusnya memuat kondisi-kondisi dimana perilaku akan diuji.
3. Ukuran-ukuran
perilaku
Komponen ukuran merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Suatu ukuran (standar) menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagi bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan. Misalnya siswa dapat memecahkan suatu masalah dalam tempo sepuluh menit ataupun beberapa menit sesuai dengan waktu atau ukuran yang telah ditentukan oleh seorang guru.
Komponen ukuran merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Suatu ukuran (standar) menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagi bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan. Misalnya siswa dapat memecahkan suatu masalah dalam tempo sepuluh menit ataupun beberapa menit sesuai dengan waktu atau ukuran yang telah ditentukan oleh seorang guru.
D. Model-model Desain Pembelajaran
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model
yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat
diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem,
model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. Model
berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro
(kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya
adalah model ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran
untuk menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video
pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model
hannafin and peck.
Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dll. contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey sementara contoh model melingkar adalah model Kemp. Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki. Beberapa contoh dari model-model diatas akan diuraikan secara lebih jelas berikut ini:
Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dll. contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey sementara contoh model melingkar adalah model Kemp. Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki. Beberapa contoh dari model-model diatas akan diuraikan secara lebih jelas berikut ini:
1. Model Dick and Carrey
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah :
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah :
1.
Mengidentifikasikan
tujuan umum pembelajaran.
2.
Melaksanakan
analisi pembelajaran
3.
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik
siswa
4.
Merumuskan
tujuan performansi
5.
Mengembangkan butir–butir
tes acuan patokan
6.
Mengembangkan strategi pembelajaran
7.
Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
8.
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9.
Merevisi bahan
pembelajaran
10. Mendesain dan
melaksanakan evaluasi sumatif.[10]
Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap
langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat
cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model
Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara
langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat
pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu
urutan ke urutan berikutnya. Langkah
awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah
menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan
pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan. Penggunaan model Dick and Carey dalam
pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar : Pada awal proses
pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui di mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan
materi pada akhir pembelajaran, adanya pertautan antara tiap komponen khususnya
strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, menerangkan
langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain
pembelajaran.
2. Model Kemp
Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar jika ditunjukkan
dalam sebuah diagram. Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
Menentukan tujuan dan daftar topik ,menetapkan tujuan
umum untuk pembelajaran tiap topiknya; Menganalisis karakteristik pelajar,
untuk siapa pembelajaran tersebut didesain; Menetapkan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku
pelajar; Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan; Pengembangan
pra penilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang pelajar dan
pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik; Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang
menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa akan
mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan; Mengkoordinasi dukungan pelayanan
atau sarana penunjang yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan,
dan jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran; Mengevaluasi pembelajaran
siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat
kesalahankesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang
membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.[11]
3. Model ASSURE
Model
ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut
Heinich et al (2005) model ini terdiri
atas enam langkah kegiatan yaitu:
1. Analyze Learners
2. States Objectives
3. Select Methods,
Media, and Material
4. Utilize Media and
materials
5.
Require Learner Participation
6.
Evaluate and
Revise
1.
Analisis Pelajar
Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan disesuaikan dengan cirri-ciri pelajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar untuk menganalisis semua cirri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar Menyatakan Tujuan
Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan disesuaikan dengan cirri-ciri pelajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar untuk menganalisis semua cirri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar Menyatakan Tujuan
2.
Menyatakan
tujuan
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembeljaran baik berdasarkan buku atau kurikulum. Tujuanpembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakantujuan harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembeljaran baik berdasarkan buku atau kurikulum. Tujuanpembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakantujuan harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari
3.
Pemilihan Metode, media dan bahan
Heinich et al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
Heinich et al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
4.
Penggunaan Media dan bahan Menurut Heinich et
al (2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview
bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran
5.
Partisipasi Pelajar di dalam kelas Sebelum pelajar dinilai secara formal,
pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan
masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
6. Penilaian dan Revisi Sebuah media
pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak
pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya
menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan
media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.
4. Model ADDIE
Ada satu
model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE
(Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an
yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi
pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang
efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri[12].
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
1.
Analysis (analisa)
2.
Design (disain /
perancangan)
3.
Development (pengembangan)
4.
Implementation (implementasi/eksekusi)
5.
Evaluation (evaluasi/
umpan balik)
Tahap 1 : analisis merupakan suatu
proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu
melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan),
dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan
kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar,
identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan
atas kebutuhan. Langkah 2: Desain Tahap
ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat bangunan,
maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus
ada terlebih dahulu . Langkah
3: Pengembangan, Pengembangan adalah
dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya
harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan
adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan
bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi
formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang
sedang kita kembangka
Langkah 4: Implementasi, Implementasi adalah langkah nyata untuk
menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini
semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan
peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan
software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan
lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu tersebut juga
harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal. Langkah 5: Evaluasi Evaluasi adalah proses
untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai
dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada
setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap
diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.
Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi
formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang
sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk
yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lainlain.
5. Model
Hanafin and Peck
Model
Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga fase
yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan
implementasi (Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan
pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model desain
pembelajaran berorientasi produk. Gambar di bawah ini menunjukkan tiga fase utama
dalam model Hannafin dan Peck (1988). Fase pertama dari model Hannafin dan Peck
adalah analisis kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi
kebutuhankebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di
dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan
kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media
pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck (1988) menekankan
untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan
ke fase desain. Fasa yang kedua dari model Hannafin
dan Peck adalah fase desain. Di dalam
fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang
akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988)
menyatakan fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah
yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan mdia tersebut[13].
Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board
yang mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan
objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis
keperluan. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam
fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi. Fase ketiga dari model Hannafin dan
Peck adalah fase pengembangan dan implementasi.
Hannafin dan Peck (1988) mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini
ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian
sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram
alir yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai
kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian
dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan
digunakan dalam proses pengubahsuaian untuk mencapai kualitas media yang
dikehendaki. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan
pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media
pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjut
Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian
formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang
dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif
dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.
E. Bahan
pengajaran
Bahan pengajaran adalah
bagian integral dalam kurikulum sebagiman yang telah ditentukan dalam
Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Itu sebabnya dapat dikatakan bahan
pengaajaaran pada hakikatnya isi kurikulum itu sendiri. Bahwa isi kurikulum
senantiasa mengacu usaha pencapaian ketujuan-tujuan kurikulum dan tujuan-tujuan
instruksional bidang studi bahan pengajaran itu adalah sebagai rincian pada
poko-pokok bahasan dan subpokok bahasan dalam GBPP.[14] Berbagai kebutuhan pendidikan tak
dapat dipisahkan dari pendekatan pengembangan kurikulum secara menyeluruh.
Dalam hubungan ini ada empat kategori pendekatan yang dapat kita pertimbangkan:
1.
Pendekatan cultural
2.
Pendekatan multi dimensional
3.
Pendekatan menererial
4.
Pendekatan professional
Keempat ini sangat
mempengaruhi tujuan pembelajaran yang telah terprograam dalam Gari-Gari Besar
Tujuan Pembelajaran dan kurikulum yang ada dari beberapa pendekatan ini dapat
dirincikan sebagai berikut:
1.
Pendekatan cultural
Dala struktur kultur ( budaya) Nasional terdapat dimensi-dimensi keluarga, pendidikan, ekonomi,politik, system nilai, teknologi, rekreasi dan lain sebagainya. Pendekatan politik dikenal sebagai pendekatan demokrasi yang beroreentasi pada pembentukan kecerdasan dan perluasan kesempatan belajar. Diasumsikan bahwa manusia-manusia yang berkecerdasan tinggi akan memungkinkan baginya untuk berpartisipasi dalam masyarakat, misalnya dalam proses pembangunan. Karena isi kurikulum dikembangkan dan diorganisasikan sedemikian rupa untuk mencapai sasaran manusia atau warga Negara demokratis. Dengan kata lain, isi kurikulum yang tidak mengarah pada pembentukan kepribadian berdasarkan nilai-nilai social dan personalyang menjadi cirri khas kemanusiaan. Isi kurikulum disusun berdasarkan system nilai yang berorientasi pada pembentukan warga Negara yang “baik”
Dala struktur kultur ( budaya) Nasional terdapat dimensi-dimensi keluarga, pendidikan, ekonomi,politik, system nilai, teknologi, rekreasi dan lain sebagainya. Pendekatan politik dikenal sebagai pendekatan demokrasi yang beroreentasi pada pembentukan kecerdasan dan perluasan kesempatan belajar. Diasumsikan bahwa manusia-manusia yang berkecerdasan tinggi akan memungkinkan baginya untuk berpartisipasi dalam masyarakat, misalnya dalam proses pembangunan. Karena isi kurikulum dikembangkan dan diorganisasikan sedemikian rupa untuk mencapai sasaran manusia atau warga Negara demokratis. Dengan kata lain, isi kurikulum yang tidak mengarah pada pembentukan kepribadian berdasarkan nilai-nilai social dan personalyang menjadi cirri khas kemanusiaan. Isi kurikulum disusun berdasarkan system nilai yang berorientasi pada pembentukan warga Negara yang “baik”
2.
Pendekatan multidimensional Sesuai dengan pendekatan multidimensional,
pengembangan isi kurikulum berdasarkan pada ‘keharusan-keharusan’, sebagai
berikut: Pertama,isi kurikulum berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan
politik yang dilaksanakan oleh pemerintah, yang mencakupkebijaksanaan dalam pembangunan
dan pendidikan. Kedua,isi
kurikulum dikembangkan berdasarkan konsep pendidikan misalnya konsep pendidikan
“siap pakai” artinya para para lulusan dipersiapkan agar mampu bekerja atau
menempati lapangan kerja dalam masyarakat.
Ketiga, isi kurikulum dikembangkan berdasarkan psikologi belajar
tertentu. Sejalan dengan konsep pendidikan maka psikologi behavioristik yang
menekankan pada pembentukan tingjah laku atau dengan konsep belajar tuntas.
3.
Pendekatan menejerial
4.
Pendekatan professiona
F. Tehnik merumuskan tujuan pengajaran
Dalam
mencapai tujuan tidak semudang membalikkan tangan kita perlu adanya kerja
keras. Banyaknya komponen pembelajaran yang seharusnya mendukung dan
bekerjasama dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Pendidik dan siswa merupakan
komponen yang dominan yang berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Tanpa keduanya, walaupun ada yang lain juga mempengaruhinya tidak akan
mungkin tujuan pengajaran tercapai kalau tanpa keduannya. Merumuskan tujuan
belajar mengajar. 1. Merumuskan tujuan umum, 2. Merumuskan suatu situasi,
3. Merumuskan suatu tes. langkag-langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Merumuskan tujuan umum Tujuan umum yang dulu disebut tujuan instruksional umum adalah hasil-hasil pengajaran yang mengandung nilai tertentu bagi siswa.sebagai contoh memiliki pengetahuan dasar-dasar kenegaraan dan pemerintah sesuai dengan UUD 1945, memiliki keterampilan memecahkan masalah sederhana dengan sistematis,memiliki sikap demokratis dan rasa tenggang rasa. Pendidik dalam merumuskan tujuan pengajaran bersumber dari mata pelajaran. Mata pelajaran dapat dibagi-bagi menjadi bagian-bagian kecil pokok bahasan. Bagian tersebut dapat dirumuskan suatu tujuan pengajaran tertentu .sehingga mempunyai ciri khas seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Merumuskan suatu situasi acuan Seorang pendidik dalam merencanakan pelajaran, sesungguhnya dia mengharapkan dalam situasi bagaimanpun pendidik dapat menyampaikan kepada anak didiknya. Jadi situasi acuan itu berada diluar pengajaran itu senndiri, untuk menentukan situasi acuan tersebut, guru perlu mempertanyakan pada dirinya sendiri atau menanyakan kepada siswa sesuai dengan harapan atau aspirasi siswa dalam kelas itu sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang kita harapkan dan tercapai tujuan pembelajaran.
Merumuskan suatu tes situasi acuan Tes adalah suatu mekanisme untuk menghubungkan tujuan pendidik dengan situasi acuan.[15] Penyusunan tes dalam rangka untuk mengecek apakah pengajaran relevan jika siswa mampu mentranferkan hal-hal yang telah dipelajarinya dalam situasi lain sebagai bukti bahwa dia telah mencapai tujuan pengajaran. Itu berarti dia mampu melakukan atau melaksanakan dalam situasi yang diharapkan. Tes berisikan kondisi-kondisi tingkah laku yang harus dipertunjukkan dan ukuran-ukuran keberhasilan tingkah laku.
Merumuskan tujuan umum Tujuan umum yang dulu disebut tujuan instruksional umum adalah hasil-hasil pengajaran yang mengandung nilai tertentu bagi siswa.sebagai contoh memiliki pengetahuan dasar-dasar kenegaraan dan pemerintah sesuai dengan UUD 1945, memiliki keterampilan memecahkan masalah sederhana dengan sistematis,memiliki sikap demokratis dan rasa tenggang rasa. Pendidik dalam merumuskan tujuan pengajaran bersumber dari mata pelajaran. Mata pelajaran dapat dibagi-bagi menjadi bagian-bagian kecil pokok bahasan. Bagian tersebut dapat dirumuskan suatu tujuan pengajaran tertentu .sehingga mempunyai ciri khas seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Merumuskan suatu situasi acuan Seorang pendidik dalam merencanakan pelajaran, sesungguhnya dia mengharapkan dalam situasi bagaimanpun pendidik dapat menyampaikan kepada anak didiknya. Jadi situasi acuan itu berada diluar pengajaran itu senndiri, untuk menentukan situasi acuan tersebut, guru perlu mempertanyakan pada dirinya sendiri atau menanyakan kepada siswa sesuai dengan harapan atau aspirasi siswa dalam kelas itu sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang kita harapkan dan tercapai tujuan pembelajaran.
Merumuskan suatu tes situasi acuan Tes adalah suatu mekanisme untuk menghubungkan tujuan pendidik dengan situasi acuan.[15] Penyusunan tes dalam rangka untuk mengecek apakah pengajaran relevan jika siswa mampu mentranferkan hal-hal yang telah dipelajarinya dalam situasi lain sebagai bukti bahwa dia telah mencapai tujuan pengajaran. Itu berarti dia mampu melakukan atau melaksanakan dalam situasi yang diharapkan. Tes berisikan kondisi-kondisi tingkah laku yang harus dipertunjukkan dan ukuran-ukuran keberhasilan tingkah laku.
G. Kegunaan
Tujuan Pengajaran
Seorang
guru dalam melakukan proses pembelajaran mempunyai keinginan dan tidak sama
satu dengan yang lain terahadap siswa yang diajarnya. Perumusan tujuan
pengajaran mengandung kegunaan tertentu dalam rangka memecahkan permasalahan
dalam pengajaran. secara khusus, tujuan pengajaran bertujuan sebagai berikut:
a.
Untuk Pengajaran atau keadaan siswa artinya pengajaran
dinilai berhasil apabila siswa telah mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditentukan . ketercapaian tujuan tujuan pengajaran oleh siswa menjadi indicator
keberhasilan system pengajaran yang dirancang sebelumnya.
b.
Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan-tujuan yang telah
dirumuskan memberikan arah, acuan, dan pedoman bagi siswa dalam
kegiatan-kegiatan belajar. Dengan demikian guru dapat merancang
tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan
pengajaran.
c.
Sebagai kriteria untuk merancang
pelajaran. Merupakan dasar dalam memilih dan menetapkan materi pelajaran, baik
ruang lingkupnya, menentukan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk
mencapai tujuan, memilih alat sunmber, serta untuk merancang prosedur
penilaian.
d.
Menjadi media untuk berkomunikasikan dengan rekan-rekan
guru lainnya.
Berdasarkan
tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, maka seorang guru dapat
melakukan komunikasi dengan rekan sekerjanya tentang apa yang hendak dicapai
dalam tujuan pmbelajaran.[16]
H. Tingkatan-tingkatan
Tujuan pendidikan atau Pembelajaran
Tujuan
pendidikan dan pengajaran dapat kita bagi menjadi lima tingkatan atau
jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan
itu. Tingkatan tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Tujuan pendidikan Nasional
2.
Tujuan lembaga pendidikan
3.
Tujuan kurikuler
4.
Tujuan mata pelajaran
5.
Tujuan belajar mengajar
Tujuan-tujuan tersebut akan diuraikan satu persatu
dibawah ini
1. Tujuan pendidikan Nasional
Tujuan
pendidikan Nasional adalah tujuan pendidikan umum dari system pendidikan
nasional. Tujuan ini merupakan tujuan jangka panjang dan sangat luas dan
menjadi pedoman dari semua kegiatan atau semua usaha pendidikan di Negara
kita. Tujuan ini kemudian dijadikan landasan dalam landasan dalam menentukan
tujuan sekolah dan tujuan kurikulum sekolah, tujuan pendidikan formal dan non
formal. Dengan kata lain tujuan pendidikan nasional menjadi pedoman dari
seluruh kegiatan dan lembaga pendidikan di Negara kita. sehingga tujuan
pengajaran tidak melenceng apa yang diharapkan oleh pendidikan Nasional.
Walaupun tujuan yang jelaskan diatas sangatlah umum tetapi itu semua menjadi
acuan bagi pendidik yang pada dasarnya suatau daerah tidaklah sama dalam
mengembangkan tujuan penganjaran dan kerena mempunyai hak otonomi daerah
masing-masing. Dan satu-satunya untuk menyatukan semua keinginan dalam
mengemabangkan tujuan pengajaran. Maka adanyan tujuan pendidikan Nasional
sebagai salah satu sarana pemersatu diantara semuannya.
2. Tujuan lembaga pendidikan
Setiap lembaga pendidikan, sejak dari taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi, masing-masing mempunyai tujuan yang hendak
dicapai, dan tujuan itu berbeda-beda dengan yang lainya berdasarkan pada jenis
lembaga yang disediakan untuk siapa ada didalam proses pengajaran. Dalam
hubungan ini, penulis mengambil contoh tujuan sekolah dasar dalam pencapaian
tujuan pendidikan nasional yang umumnya sekolah dasar hendaknya mencapai tujuan
atau target sebagai berikut. Supaya anak- anak tamatan SD mengenal kewajiban
dan haknya sebagai manusia pancasila sesuai dengan UUD 45 , Pancasila perbuatan selaras dengan pengetahuan. Supaya
anak-anak tamatan SD memiliki salah satu keterampilan atau kecakapan khusus
yang merupakan bekal hidupnya dalam masyarakat dan dengan demikian dapat
berdiri sendiri. Supaya anak-anak tamatan SD memiliki dasar ilmu pengetahuan
yang kukuh dan keprigelan (cepat tanggap dengan keadaan yang ada) dan
penggunaan dalam melanjutkan pendidikan kesekolah menengah. Sehingga keinginan
bangsa dalam mewujudkan WAJIB BELAJAR 9 TAHUN.
3. Tujuan
kurikuler Kurikulum
Setiap pendidikan di Indonesia harus
mencerminkan mukhadimah UUD’45 demikian kurikulum harus menjadi pelaksana
UUD’45 dibidang pendidikan. Karena itu untuk memperjelas tujuan kurikulum,
misalnya: kurikulum sekolah dasar maka dapat diperhatikan hasil pendidikan atau
taraf perkembangan yang diharapkan dalam kurikulum SD sebagai berikut: Sikap
siswa. Sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan mukhadimah UUD’45
( isi mukadimah UUD) Pengetahuan dan pengertian siswa terhadap bahan pelajaran
sebagai warga Negara. Artinya siswa yang patuh terhdap peraturan-peraturan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.
1.
Perasaan keindahan siswa.
2.
Kecerdasan siswa.
3.
Perkembangan jasmani atau kesehatan.
4.
Keterampilan
5.
Tujuan mata pelajaran
6.
Tujuan belajar mengajar
Tujuan belajar mengajar
sebagai contoh mata pelajaran pendidika kewarganegaraan sebagai berikut: Menanamkan,memupuk,dan
mengembangkan rasa beragama dengan bukti berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa Memupuk
dan mengembangkan rasa kekeluargaan dalam hidup sebagai anggota masyarakat Memupuk
dan mengembangkan rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air Memupuk
dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi warga Negara yang demokratis Menanamkan,
memupuk, dan mengembangkan sifat dan sikap kewiraan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan munculnya era globalisasi di
penghujung milenium kedua ini, telah membawa wawasan dan kesadaran masyarakat,
dengan muncul sejumlah harapan sakaligus kecemasan. Harapan-harapan ini karena
ada perbaikan kualitas hidup dan kehidupan di satu sisi sebagai akibat
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta informasi dan teknologi
(INFOTEK).
Lembaga Pendidikan yang berkualitas merupakan dambaan setiap komponen
masyarakat, baik komponen masyarakat sekolah yang terdiri dari peserta didik,
pendidik dan tenaga kependidikan, maupun masyarakat dalam arti luas yaitu orang
tua atau masyarakat lain pengguna pendidikan atau simpatisan yang menaruh
perhatian besar terhadap kuantitas dan kualitas output sekolah, “Lembaga
Pendidikan yang berkualitas” yang mampu memproses peserta didik yang pada
akhirnya akan menghasilkan produk (output) secara optimal.
Pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan manusia, karena
dengan adanya pendidikan berarti akan melahirkan manusia yang kreatif dan
mempunyai ide-ide yang cemerlang dalam mengisi masa depan yang lebih maju. Potensi
yang ada pada diri manusia akan berkembang menjadi pribadi yang baik, apabila
dia manfaat kan dengan sebaik mungkin kearah yang positif.
Kurikulum terus berubah karena
potensi siswa, kondisi pendidikan, persaingan global, persaingan pada kemampuan
SDM dan persaingan terjadi pada lembaga pendidikan. Oleh karena itu guru
dituntut harus mampu: (a) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. (c)
Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d) Menyusun
tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari
sendiri bahan dari berbagai sumber. (f) Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan
teori belajar. (g) Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian
dari bahan pembelajarannya. (h) Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar
secara efektif.
Desain
pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai
disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin,
desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi
serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain
pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan,
pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas
pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata
pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas
Komponen utama dari desain
pembelajaran adalah: Pembelajar (pihak yang menjadi fokus)
yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra
syarat. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang
akan dikuasai oleh pembelajar.
Konsep tujuan pengajaran atau
pembelajaran yang dikemukakan oleh Mager menitik beratkan pada tingkah laku
siswa atau perbuatan (performace) sebagai suatu jenis output yang
terdapat dari siswa, yang dapat diamati dan menunjukan bahwa siswa tersebut
telah melakukan kegiatan belajar
Dalam
pendesainan tujuan pembelajaran hendaknya seorang guru atau pendidik
memperhatikan komponen sebagi berikut :
1. Tingkah laku terminal Tingkah terminal adalah komponen
tujuan pengajaran yang menentukan tingkah laku siswa setelah pengajaran 2. Kondisi-kondisi
tes.
Kondisi-kondisi seperti yang seperti itu, seharusnya perlu disiapkan oleh
seorang guru sebab sering terjadi siswa memprotes bahwa ulangan atau tes yang
diberikan tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan. Jenis kondisi ada tiga
jenis yang umumnya mempengaruhi prilaku pada suatu tes. 3. Ukuran-ukuran
perilaku Komponen ukuran merupakan suatu
pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai
perilaku siswa.
Dalam desain
pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara
umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model
berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model
prosedural dan model melingkar. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan
untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap
dua jam pelajaran atau lebih. Gari-Gari
Besar Tujuan Pembelajaran dan kurikulum yang ada dari beberapa pendekatan ini
dapat dirincikan sebagai berikut:
1. Pendekatan cultural Dala struktur kultur ( budaya) Nasional
terdapat dimensi-dimensi keluarga, pendidikan, ekonomi,politik, system nilai,
teknologi, rekreasi dan lain sebagainya. Pendekatan politik dikenal sebagai
pendekatan demokrasi yang beroreentasi pada pembentukan kecerdasan dan
perluasan kesempatan belajar. Diasumsikan bahwa manusia-manusia yang
berkecerdasan tinggi akan memungkinkan baginya untuk berpartisipasi dalam
masyarakat, misalnya dalam proses pembangunan. Karena isi kurikulum
dikembangkan dan diorganisasikan sedemikian rupa untuk mencapai sasaran manusia
atau warga Negara demokratis. Dengan kata lain, isi kurikulum yang tidak
mengarah pada pembentukan kepribadian berdasarkan nilai-nilai social dan
personalyang menjadi cirri khas kemanusiaan. Isi kurikulum disusun berdasarkan
system nilai yang berorientasi pada pembentukan warga Negara yang “baik” 2. Pendekatan multidimensional Sesuai dengan pendekatan multidimensional,
pengembangan isi kurikulum berdasarkan pada ‘keharusan-keharusan’, sebagai
berikut: Pertama,isi
kurikulum berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan politik yang dilaksanakan
oleh pemerintah, yang mencakupkebijaksanaan dalam pembangunan dan pendidikan. Kedua,isi
kurikulum dikembangkan berdasarkan konsep pendidikan misalnya konsep pendidikan
“siap pakai” artinya para para lulusan dipersiapkan agar mampu bekerja atau
menempati lapangan kerja dalam masyarakat. Ketiga, isi kurikulum
dikembangkan berdasarkan psikologi belajar tertentu. Sejalan dengan konsep
pendidikan maka psikologi behavioristik yang menekankan pada pembentukan
tingjah laku atau dengan konsep belajar tuntas.
3. Pendekatan menejerial
4. Pendekatan professiona Merumuskan tujuan belajar mengajar. 1. Merumuskan tujuan umum, 2. Merumuskan suatu situasi, 3. Merumuskan suatu tes. langkag-langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Langkag-langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Merumuskan tujuan umum Tujuan umum yang dulu disebut tujuan instruksional umum adalah hasil-hasil pengajaran yang mengandung nilai tertentu bagi siswa.sebagai contoh memiliki pengetahuan dasar-dasar kenegaraan dan pemerintah sesuai dengan UUD 1945, memiliki keterampilan memecahkan masalah sederhana dengan sistematis,memiliki sikap demokratis dan rasa tenggang rasa. Seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran mempunyai keinginan dan tidak sama satu dengan yang lain terahadap siswa yang diajarnya. Perumusan tujuan pengajaran mengandung kegunaan tertentu dalam rangka memecahkan permasalahan. Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat kita bagi menjadi lima tingkatan atau jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu. Tingkatan tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
4. Pendekatan professiona Merumuskan tujuan belajar mengajar. 1. Merumuskan tujuan umum, 2. Merumuskan suatu situasi, 3. Merumuskan suatu tes. langkag-langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Langkag-langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Merumuskan tujuan umum Tujuan umum yang dulu disebut tujuan instruksional umum adalah hasil-hasil pengajaran yang mengandung nilai tertentu bagi siswa.sebagai contoh memiliki pengetahuan dasar-dasar kenegaraan dan pemerintah sesuai dengan UUD 1945, memiliki keterampilan memecahkan masalah sederhana dengan sistematis,memiliki sikap demokratis dan rasa tenggang rasa. Seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran mempunyai keinginan dan tidak sama satu dengan yang lain terahadap siswa yang diajarnya. Perumusan tujuan pengajaran mengandung kegunaan tertentu dalam rangka memecahkan permasalahan. Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat kita bagi menjadi lima tingkatan atau jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu. Tingkatan tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Tujuan pendidikan Nasional
2.
Tujuan lembaga pendidikan
3.
Tujuan kurikuler
4.
Tujuan mata pelajaran
5.
Tujuan belajar mengajar
B. Saran – saran
Dari
makalah yang saya buat ini saya menyadari tentulah tidak dikatakan benar atau sempurna,
baik dari tata bahasa penulisan maupun isinya. Mungkin sangat jauh dari kata
benar atau sempurna. Maka dari itu saya
mengharapkan sumbangsih dari teman-teman yang akan menjadi seorang guru
profesional dibidang ilmu masing-masing untuk memberi saran dan perbaikan terhadap makalah yang saya buat
ini, Sehinggga nantinya makalah ini bisa
dijadikan sedikit acuan dalam pembuatan desain pembelajaran disekolah kita
masing-masing.
DAFTAR
PUSTAKA
Suparman, Atwi. 2009. Desain
Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka
Hamelik, Oemar, Perencanaan Pengajaran
BerdasarkanPendekatan Sistem,Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, cetakan keempa
http://instructionaltheorycourse.blogspot.com/2009/02/1-introduction
2005. Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Dadang Supriatna, Konsep Dasar Desain Pembelajaran, PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN TAMAN KANAK KANAK DAN PENDIDIKAN LUAR BIASA 2009
Sagala Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung :
Alfabeta
Hannafin, M.J. & Peck, K.L. 1988. The design, development, and evaluation
of instructional software. New York:
Mc Millan Publishing Company
Hasbullah, (2006)
Implementasi E-Learning Dalam
Pengembangan Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Proceeding), SNPTE
2006, UNY, Yogyakarta
Martinis Yamin,
Paradigma Baru Pembelajaran, Gaung Persada, Jakarta 2011.`
Dimyati,dkk.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:
Rineka Cipta
Kunandar.2009.Guru Profesional Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Rajawali Pers
ADDIE Instructional Design Model. Retrived December 20 2006. from
[1] Kunandar.2009.Guru Profesional
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Rajawali
Pers
[2] Suparman, Atwi. 2009. Desain
Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka
[3]. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas.h. 10
[8] Oemar Hamelik, Perencanaan
Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005)
cetakan keempat, hlm., 111
[9].M. Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), h. 16
[10].Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Gaung Persada, Jakarta 2011,hal 169
[11] Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Gaung Persada, Jakarta 2011, hal-296
http://itsinfo.tamu.edu/workshops/handouts/pdf_handouts/addie.pdf
of instructional software. New York: Mc Millan Publishing Company
[14] 2005. Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
[15] Oemar Hamelik, Perencanaan
Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005)
cetakan keempat, hlm.,130
[16] Oemar Hamelik, Perencanaan
Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005)
cetakan keempat, hlm., 114
Tidak ada komentar:
Posting Komentar